Kehidupan yang semakin sebok, mengalpakan aku..tatacara hidupku yang semakin tidak teratur merimaskanku..hatiku semakin jauh daripada jalan sepatutnya…Bergelut dengan aktifitas dakwah yang menyita banyak perhatian, baik tenaga, harta, waktu dan sebagainya, seakan menempa diriku untuk terus belajar menjadi ‘dai’e tangguh’.
Tapi kini, hatiku sedang dirundung keresahan. Dalam pertemuan dahulu, sering ditekankan mengenai tanggungjawah, amanah, jujur…. Berbahas berjela-jela..kepentingan dakwah menjadi topik utama. Hadiri seminar, bengkel, ceramah, symposium…semua tersusun kemas dalam nota kecil yang sudah berusia dan rajin temani aku kemana-mana…helaian demi helaian menjadi bertambah padat dengan tulisan burukku ini..aku terkadang rajin menulis tapi tidak rajin membaca…bagaiman itu??
Kini kutermenung kembali akan hakikat dakwah ini. Sebenarnya apa yang kita cari dari dakwah? Dimanakah yang dinamakan konsep amal jama'i yang sering diceritakan indah? Apakah itu hanya pemanis cerita tentang dakwah belaka? Apakah ini yang disebut ukhuwah?
Tidak hairanlah…kalau ada yang cuba memberikan alasan untuk mengelakkan diri dalam menghadiri kesemua acara dakwah dan program tarbiyyah..apa itu tarbiyyah?? Rukun dakwah tersusun indah hanya sekadar pembacaan lisan untuk dihafal dan memberi jawapan sekiranya ditanya oleh murobbi atau naqib naqibah…aduh!!! Pelbagai alasan…
“Ana ada program lain..maaf ya”.
“Ada masalah peribadi..tidak dapat hadir. Maaf”.
“Ada esaimen perlu disiapkan. Ana dah suruh sahabt lain ganti ana”.
“Ana dah keje sekarang..susah nak komit”.
“Ana dah berkeluarga. Kelurga sangat penting bagi ana”.
Kalau memang seperti itu hakikat dakwah maka cukup sudah, "Izinkan aku mc dari dakwah ini, mungkin untuk seminggu, sebulan, setahun atau bahkan selamanya. Lebih baik aku tumpukan sepenuhnya dengan pembelanjaranku atau dengan lebih memperhatikan ayah dan ibuku yang sudah semakin tua, tanpa aku pun dakwah tetap berjalan, bukan???"
Pernah suatu ketika dalam aktivitas sebuah barisan dakwah, ada seorang ikhwan yang mengutarakan sakit hatinya terhadap saudaranya yang tidak amanah dengan tugas dan tanggungjawab dakwahnya. Di lain waktu di sebuah lembaga dakwah kampus, seorang akhwat "minta cuti" lantaran sakit hatinya terhadap akhwat lain.Dalam hal lain, ahli yang tidak mahu diganggu kerana ibubapa tidak membenarkan aktif berpesatuan…
Kalau begitu, apa gunanya kita bernafas dengan nama Tuhan?????
Kenapa ini berlaku…komunikasi hati kita masih lagi gagal berfungsi..penyerapan dari segala lorong usrah tidak meresap jauh kedalam sanubari untuk disimpan dan dikemaskini. Apa yang berlaku, semuanya terdelete dengan bantuan kehendak sendiri dan membenarkan ia berlaku dengan rela mahupun tidak….
Ya, setiap aktifis dakwah adalah manusia-manusia yang memiliki hati yang tentu saja berbeza-beda. Sudah pasti penerimaan berbeza…Ada penggerak dakwah yang hatinya kuat dengan berbagai macam tingkah laku ahli lain yang dihadapkan kepadanya. Tapi jangan pula kita lupa bahwa tidak sedikit ahli-ahli yang tiada memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi tingkah pola penggerak dakwah lain yang kadang memang sarat dengan kekecewaan-kekecewaan yang sering kali berbuah pada timbulnya sakit hati. Dan kesemuanya itu adalah sebuah kewajaran dan reality yang sewajibnya kita terima dan diberi penekanan.
Ini masalah kecil tapi impaknya besar ibarat barah memakan tisu dan saraf dalam diam…
Namun apakah engkau tahu wahai sahabat-sahabatku?
Tahukah bahwa seringkali kita melupakan hal itu? Seringkali kita memukul rata perlakuan kita kepada sahabat-sahabat kita sesama ahli, dengan diri kita sebagai parameternya. Begitu mudahnya kita melontarkan kata-kata "afwan", "maaf" atau kata-kata manis lainnya atas kelalaian-kelalaian yang kita lakukan, tanpa kita sedar kesakitannya itu memparutkan hatinya bertahun lamanya…
Dan bahkan sebagai pembenaran kita tambahkan alasan bahwa kita hanyalah manusia biasa yang juga dapat melakukan kekeliruan dan kesilapan. Kata-kata pujuk rayu dan asif tidak bermakna jika seringkali kesalahan sama berulang dan terus berulang.
Adalah bijaksana bila kita selalu menempatkan diri kita pada diri orang lain dalam melakukan sesuatu, bukan sebaliknya. Sehingga andaikat kita terlambat atau tidak bisa datang dalam sebuah aktivitas dakwah atau melakukan kelalaian yang lain, bukan hanya kata "afwan" yang terlontar dan pembenaran bahwa kita manusia biasa yang bisa terlambat atau lalai yang kita tujukan untuk saudara kita. “feel what people feel”…”what if you are in other shoes?”
Dakwah sesungguhnya memerlukan ramai tenaga untuk digembeling sama-sama untuk memikul beban yang semakin membukit. Tribulasi, mehnah, halangan…secara teori kita Nampak..secara praktikal???ramai terkandas ditengan jalan….tapi ayuh, kita bangkit…mara kehadapan… tujuan kita esa dan berpusat..hidup dalam jamaah..jangan salahkan jamaah andai berantakan… salahkan aktivis itu sendiri andai jamah berantakan…
dan kadangkala...terlintas juga aku untuk mc dari dakwah ini..boleh kah begitu???
“ISLAM DAN DAKWAH NO 1, TETAPI PELAJARAN DAN KELUARGA BUKAN NO 2“
setakat ini sahaja...maaf andai tintaku menyakiti hati sahabt2ku..semoga bertemu dilain pena...
0 comments:
Catat Ulasan